Tiga Puluh Tahun Menangis
Created By : Syafi Is Marliah (Anggota Baru Rayon Al-Azhar Sunan Giri 2016-2017)
Posted & Edited By : Shafi Syuhada
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDiRXHR88Tc6QiUnyl8BzMo6rC2RFYJ3gFz_oh0pXKfj8h3YTw4UmKMFE6r1UyUR3ddankY9L_W1_hTpFSq9Er2wS652e117aIJCfUa1L_PozO0ZDLvHmdq05Xo0_G4flQJqexMzr0XTl/s1600/mahmud-al-ghaznawi.jpg) |
Image : https://abangdani.files.wordpress.com/ |
Dikisahkan, ketika bermunajat, Syaikh Ahmad al-Ghaznawi menempati
sebuah gua yang terletak didekat kota Syam. Cukup lama ia tinggal sendiri
didalam gua itu.
Suatu hari Syaikh Mu’inuddin mengunjunginya. Ketika melihat Syaikh
Ahmad yang tubuhnya sangat kurus sedang duduk diatas sajadahnya dan
disampingnya duduk dua ekor harimau menemaninya, Syaikh Mu’inuddin sangat iba
hatinya. Kondisi Syaikh Ahmad benar-benar sangat menyedihkan.
Melihat ada seorang tamu datang berkunjung ke tempatnya, Syaikh
Ahmad bertanya:
“siapakah Anda, dan datang dari mana?”
“aku Syaikh Mu’inuddin dari Baghdad”
“silahkan duduk saudaraku dan selamat datang di tempatku yang kotor
ini” kata Syaikh Ahmad memberi hormat.
“mengapa Anda tinggal ditempat ini dan sudah berapa lama berada
disini?” Tanya Syaikh Mu’inuddin seraya duduk didepan Syaikh Ahmad.
“sudah tiga puluh tahun aku berada didalam gua ini” jawab Syaikh
Ahmad.
“apa yang Anda lakukan?”
“menyepi, menghindar dari keramaian. Dan selama tiga puluh tahun
terakhir ini aku tak bisa berhenti dari menangis”
“mengapa?” Tanya Syaikh Mu’inuddin.
“aku takut pada sesuatu”
“apa yang kau takutkan itu?”
“sholat”
“apa maksud Anda?”
“ketika aku mengerjakan sholat, aku selalu menangis dan berkata
dalam hati. Kalau saja dalam hal mengerjakan atau syarat-syaratnya sampai cacat
sholatku, walau sebiji Dzarrah, tentu akan sia-sia semua amalanku”
Sejenak Syaikh Ahmad menghentikan ucapannya, kemudian ia menangis.
“oleh karena itu, wahai hamba Allah, bila engkau nanti lolos dari
tuntutan sholat (di akhirat kelak), berarti engkau berada dalam keuntungan.
Tetapi jika tidak demikian, berarti engkau habiskan umur mu dalam kelalaian
yang sia-sia”.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Maa’uun ayat 4-5
فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّيْنَ 4 الَّذِيْنَهُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ 5
“4. Maka celakalah bagi
orang-orang yang sholat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya”
(Q.S. Al-Maa’uun: 4-5).
Celakalah orang-orang yang sholat! Sungguh rugi seseorang yang menghabiskan
waktunya untuk sholat tapi masih saja celaka. Siapakah mereka? Dalam ayat ini
Allah menyebut orang-orang yang celaka adalah orang yang lalai terhadap
sholatnya, bukan orang yang lalai di dalam sholatnya.
Kita harus bersyukur karena Allah tidak menyebut celaka kepada
orang-orang yang lalai didalam sholatnya. Karena kita sendiri merasa bahwa
ketika takbir telah terucap, pikiran sudah tidak focus lagi kepada sholat.
Tiba-tiba teringat hutang seseorang yang belum dibayar, ingin pergi
keluar kota dan berbagai masalah tiba-tiba memenuhi pikiran. Bahkan sering lupa
jumlah rokaat karena memikirkan hal lain diluar sholat.
Imam Ja’far As-Shodiq pernah ditanya apakah arti lalai dalam ayat
ini? Apakah yang dimaksud adalah was-was atau keraguan dalam sholat? Imam
menjawab.
“tidak, jika itu yang dimaksud maka banyak orang yang tidak bisa
melewatkannya. (arti lalai dalam ayat ini) adalah tidak memperhatikan waktu
sholat dan menunda-nunda untuk melaksanakannya”.
Jika yang celaka dalam ayat ini adalah orang yang lalai didalam
sholat, berapa banyak orang yang akan celaka?
Tentu hampir semua orang merasakan gangguan dalam sholat sehingga
ia lalai. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang meremehkan
waktu sholat. Menunda-nunda ketika ingin melaksanakannya. Mendahulukan urusan
lain daripada sholatnya. Merekalah orang yang sholat namun celaka.
Padahal, sifat malas untuk sholat dan mengulur-ulur waktunya adalah
sifat orang-orang munafik. Allah berfirman,
إِنَّ
الْمُنَافِقِيْنَ يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَهُوَخَادِعُهُمْ وَإِذَاقَامُوْاإِلَى
الصّلاَةِ قَامُوْاكُسَالَى يُرَاؤُوْنَ النَّاسَ وَلاَيَذْكُرُوْنَ اللهَ
إِلاَّقَلِيْلاً 142
“sesungguhnya orang
munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila
mereka berdiri untuk sholat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’
(ingin dipuji) dihadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali
sedikit sekali” (An-Nisa’ 142).
Masalah mengulur waktu memang sudah menjadi penyakit yang merata.
Setan tidak akan tinggal diam dan berusaha membuat sholat menjadi beban yang
begitu berat. Tapi kita harus selalu sadar bahwa menunda waktu sholat sama saja
mengundang celaka. Imam Ali bin Abi Tholib pernah berpesan,
“tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah melebihi sholat. Maka
janganlah kalian disibukkan dengan urusan dunia sehingga melalaikan waktunya.
Karena Allah mencela suatu kaum, dalam firman-Nya (yaitu) orang-orang yang
lalai terhadap sholatnya yaitu mereka yang meremehkan waktu sholat”.
Bukankah kita merasa tidak enak ketika harus meninggalkan tamu saat
waktu sholat tiba? Bukankah kita sering menunda sholat katena takut melewatkan
acara di TV? Bukankah kita sering mengakhirkan waktu sholat karena takut bisnis
kita akan gagal jika pembicaraannya terputus?
Imam Ja’far pernah ditanya, bagaimanakah lalai terhadap sholat itu?
Beliau menjawab,
“ketika seorang mendahulukan urusan dunianya atas urusan
akhiratnya”.
Padahal mereka adalah orang-orang yang sholat, tapi sayang sekali
Allah menyebut mereka orang-orang yang celaka. Tidakkah kita ingat Rasulullah
SAW diakhir hayatnya berpesan, “umatku umatku… jagalah sholat…” bahkan beliau
pernah bersabda,
“kelak tidak akan mendapat syafaatku, orang yang meremehkan (waktu)
sholat”
Kenapa memperhatikan waktu sholat itu begitu penting?
Karena ketika kita meremehkan waktu sholat, kita telah meremehkan
sesuatu yang paling dicintai Allah SWT. Dan meremehkan sesuatu yang paling
dicintai Allah sama saja meremehkan Allah SWT. Bukankah kita akan bangun lebih
pagi jika ada janji dengan orang yang penting bagi kita? Kita akan berangkat
lebih awal agar jangan sampai terlambat menemuinya. Akankah Allah lebih rendah
dibandingkan manusia termulia sekalipun?.
Disaat kita meremehkan sholat, senjata untuk melawan hawa nafsu
akan melemah. Dengan meninggalkan sholat, seorang dapat kehilangan control pada
nafsunya hingga bisa melakukan hal-hal yang kotor semacam itu. Allah SWT
berfirman,
وَاسْتَعِيْنُوْابِالصَّبْرِوَالصَّلاَةِ
وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّعَلَى الْخَاشِعِيْنَ 45
“dan mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk” (Al-Baqarah: 45).