Rabu, 22 Februari 2017

Bahirudin : MUSPIMCAB Adalah Salah Satu Musyawwarah Tertinggi PMII Setelah KONFERCAB

PC. PMII KABUPATEN BANGKALAN SELENGGARAKAN MUSPIMCAB

Posted & Edited By : Shafi Syuhada
Created By : Bakrie Irawan

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kabupaten Bangkalan melaksanakan Musyawaroh Pimpinan Cabang (MUSPIMCAB) Masa Khidmat 2016/2017.(20/2/2017).

Acara tersebut dibuka pada hari Senin, 20 Februari 2017 bertempat di Hotel Ningrat Bangkalan.

Menurut Bahiruddin selaku Ketua Cabang PMII Bangkalan mengatakan dalam sambutannya bahwa "MUSPIMCAB adalah salah satu musyawaroh tertinggi setelah KONFERCAB sekaligus melahirkan produk hukum lokal (wisdawm) di PMII Bangkalan".
Image by : Dokumentasi Penerbit
Sambutan Ketua Cabang PMII Bangkalan

Ir. KH. Mondir A Rofii selaku Ketua Mabincab PC. PMII Bangkalan mengatakan "PMII harus siap melakukan advokasi terhadap berbagai bidang, baik pemerintahan, pendidikan, kaderisasi dan semacamnya. selain itu, kader PMII harus benar-benar berkualitas dan dibuktikan dengan IPK yang tinggi, Agar ada keseimbangan antara akademis dan aktifisnya" Ungkapnya.

"Acara tersebut di laksanakan dua hari dan saat ini masih berlangsung sidang pleno di gedung PKB dan diperkirakan akan selesai pada hari selasa malam" Tutur Erica Agustina selaku Ketua Pelaksana Kegiatan tersebut.
Image by : Dokumentasi Penerbit
Prosesi Sidang Pleno


"Yang hadir pada Acara tersebut adalah seluruh Elemen PMII Kabupaten Bangkalan yang dalam hal ini terdiri dari Pengurus Cabang, Komisariat, Rayon dan Mabincab PC. PMII Bangkalan" Pungkasnya.

Senin, 20 Februari 2017

Semoga Segera Terselesaikan

PMII Pinrang Belum Dapat Jatah Dana Hibah
Posted By : Shafi Syuhada
Created : Husnil
Sumber : Disini

PINRANG, PMIINEWS – Dana hibah untuk kemahasiswaan di wilayah Kabupaten Pinrang belum 100 % terealisasi. Salah satunya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pinrang, yang belum mendapatkan dana tersebut untuk mengembangkan Sumber Daya Anggota (SDM) dan pengembangan organisasi.

Saat di konfirmasi, Suhardi Sida Ketua Cabang PMII Pinrang mengatakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang Organisasi Kemasyarakatan Pemudaan (OKP) telah banyak banyak memberikan kontribusi untuk daerah itu. Melalui kegiatan aksi sosialnya dan terus proaktif dalam mengawal kebijakan pemerintah.

Image By : Disini
“Pemerintah Daerah Pinrang tidak peduli dengan OKP yang ada di daerah Pinrang yang telah banyak memberikan konstribusi melalui kegiatan sosial, bukan hanya itu OKP setingkat PMII organisasi pengembangan SDM dan terus proaktif mengawal kebijakan pemerintah,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, kalau pemerintah tidak peduli, aturan itu sudah terterah pada undang-undang tentang kepemudaan dan peraturan pemerintah itu sendiri. “Jika kalau tidak peduli, itu berarti Pemerintah bobrok dan tidak ingin melihat genaris emas yang akan meneruskan tongkat estapet kepemimpinan dan berdasarkan UU No. 40/2009 tentang Kepemudaan dan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2011 tentang Kewirausahaan, Kepelaporan, Pemberdayaan dan Pengembangan Kepemudaan pada Pasal 50, pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan dukungan dana sesuai dengan kemampuan daerah,” tambahnya.

Sudardi juga mengungkapkan dalam pengusulan proposal untuk bantuan dana syarat-syaratnya sangat berbelit dan ada OKP yang tidak terlalu berkontribusi malah mendapatkan bantuan. “Pada pencairan dana hibah ini Pemda untuk dengan alasan banyak persyaratan yang berbelit-belit dan sedangkan OKP yang tidak eksis itu menerimah dalam struktur Pemerintah pilih kasih.

Jumat, 10 Februari 2017

Sebuah Renungan. Kisah Syekh Ahmad Al-Ghaznawi



Tiga Puluh Tahun Menangis

Created By : Syafi Is Marliah (Anggota Baru Rayon Al-Azhar Sunan Giri 2016-2017)
Posted & Edited By :  Shafi Syuhada

Image : https://abangdani.files.wordpress.com/
Dikisahkan, ketika bermunajat, Syaikh Ahmad al-Ghaznawi menempati sebuah gua yang terletak didekat kota Syam. Cukup lama ia tinggal sendiri didalam gua itu.

Suatu hari Syaikh Mu’inuddin mengunjunginya. Ketika melihat Syaikh Ahmad yang tubuhnya sangat kurus sedang duduk diatas sajadahnya dan disampingnya duduk dua ekor harimau menemaninya, Syaikh Mu’inuddin sangat iba hatinya. Kondisi Syaikh Ahmad benar-benar sangat menyedihkan.
Melihat ada seorang tamu datang berkunjung ke tempatnya, Syaikh Ahmad bertanya:
“siapakah Anda, dan datang dari mana?”
“aku Syaikh Mu’inuddin dari Baghdad”
“silahkan duduk saudaraku dan selamat datang di tempatku yang kotor ini” kata Syaikh Ahmad memberi hormat.
“mengapa Anda tinggal ditempat ini dan sudah berapa lama berada disini?” Tanya Syaikh Mu’inuddin seraya duduk didepan Syaikh Ahmad.
“sudah tiga puluh tahun aku berada didalam gua ini” jawab Syaikh Ahmad.
“apa yang Anda lakukan?”
“menyepi, menghindar dari keramaian. Dan selama tiga puluh tahun terakhir ini aku tak bisa berhenti dari menangis”
“mengapa?” Tanya Syaikh Mu’inuddin.
“aku takut pada sesuatu”
“apa yang kau takutkan itu?”
“sholat”
“apa maksud Anda?”
“ketika aku mengerjakan sholat, aku selalu menangis dan berkata dalam hati. Kalau saja dalam hal mengerjakan atau syarat-syaratnya sampai cacat sholatku, walau sebiji Dzarrah, tentu akan sia-sia semua amalanku”
Sejenak Syaikh Ahmad menghentikan ucapannya, kemudian ia menangis.
“oleh karena itu, wahai hamba Allah, bila engkau nanti lolos dari tuntutan sholat (di akhirat kelak), berarti engkau berada dalam keuntungan. Tetapi jika tidak demikian, berarti engkau habiskan umur mu dalam kelalaian yang sia-sia”.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Maa’uun ayat 4-5
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ 4 الَّذِيْنَهُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ 5
“4. Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya” (Q.S. Al-Maa’uun: 4-5).
Celakalah orang-orang yang sholat! Sungguh rugi seseorang yang menghabiskan waktunya untuk sholat tapi masih saja celaka. Siapakah mereka? Dalam ayat ini Allah menyebut orang-orang yang celaka adalah orang yang lalai terhadap sholatnya, bukan orang yang lalai di dalam sholatnya.
Kita harus bersyukur karena Allah tidak menyebut celaka kepada orang-orang yang lalai didalam sholatnya. Karena kita sendiri merasa bahwa ketika takbir telah terucap, pikiran sudah tidak focus lagi kepada sholat.
Tiba-tiba teringat hutang seseorang yang belum dibayar, ingin pergi keluar kota dan berbagai masalah tiba-tiba memenuhi pikiran. Bahkan sering lupa jumlah rokaat karena memikirkan hal lain diluar sholat.
Imam Ja’far As-Shodiq pernah ditanya apakah arti lalai dalam ayat ini? Apakah yang dimaksud adalah was-was atau keraguan dalam sholat? Imam menjawab.
“tidak, jika itu yang dimaksud maka banyak orang yang tidak bisa melewatkannya. (arti lalai dalam ayat ini) adalah tidak memperhatikan waktu sholat dan menunda-nunda untuk melaksanakannya”.
Jika yang celaka dalam ayat ini adalah orang yang lalai didalam sholat, berapa banyak orang yang akan celaka?
Tentu hampir semua orang merasakan gangguan dalam sholat sehingga ia lalai. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang meremehkan waktu sholat. Menunda-nunda ketika ingin melaksanakannya. Mendahulukan urusan lain daripada sholatnya. Merekalah orang yang sholat namun celaka.
Padahal, sifat malas untuk sholat dan mengulur-ulur waktunya adalah sifat orang-orang munafik. Allah berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَهُوَخَادِعُهُمْ وَإِذَاقَامُوْاإِلَى الصّلاَةِ قَامُوْاكُسَالَى يُرَاؤُوْنَ النَّاسَ وَلاَيَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّقَلِيْلاً 142
“sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (ingin dipuji) dihadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali” (An-Nisa’ 142).
Masalah mengulur waktu memang sudah menjadi penyakit yang merata. Setan tidak akan tinggal diam dan berusaha membuat sholat menjadi beban yang begitu berat. Tapi kita harus selalu sadar bahwa menunda waktu sholat sama saja mengundang celaka. Imam Ali bin Abi Tholib pernah berpesan,
“tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah melebihi sholat. Maka janganlah kalian disibukkan dengan urusan dunia sehingga melalaikan waktunya. Karena Allah mencela suatu kaum, dalam firman-Nya (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya yaitu mereka yang meremehkan waktu sholat”.
Bukankah kita merasa tidak enak ketika harus meninggalkan tamu saat waktu sholat tiba? Bukankah kita sering menunda sholat katena takut melewatkan acara di TV? Bukankah kita sering mengakhirkan waktu sholat karena takut bisnis kita akan gagal jika pembicaraannya terputus?
Imam Ja’far pernah ditanya, bagaimanakah lalai terhadap sholat itu? Beliau menjawab,
“ketika seorang mendahulukan urusan dunianya atas urusan akhiratnya”.
Padahal mereka adalah orang-orang yang sholat, tapi sayang sekali Allah menyebut mereka orang-orang yang celaka. Tidakkah kita ingat Rasulullah SAW diakhir hayatnya berpesan, “umatku umatku… jagalah sholat…” bahkan beliau pernah bersabda,
“kelak tidak akan mendapat syafaatku, orang yang meremehkan (waktu) sholat”
Kenapa memperhatikan waktu sholat itu begitu penting?
Karena ketika kita meremehkan waktu sholat, kita telah meremehkan sesuatu yang paling dicintai Allah SWT. Dan meremehkan sesuatu yang paling dicintai Allah sama saja meremehkan Allah SWT. Bukankah kita akan bangun lebih pagi jika ada janji dengan orang yang penting bagi kita? Kita akan berangkat lebih awal agar jangan sampai terlambat menemuinya. Akankah Allah lebih rendah dibandingkan manusia termulia sekalipun?.
Disaat kita meremehkan sholat, senjata untuk melawan hawa nafsu akan melemah. Dengan meninggalkan sholat, seorang dapat kehilangan control pada nafsunya hingga bisa melakukan hal-hal yang kotor semacam itu. Allah SWT berfirman,
وَاسْتَعِيْنُوْابِالصَّبْرِوَالصَّلاَةِ وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّعَلَى الْخَاشِعِيْنَ 45
“dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (Al-Baqarah: 45).